Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Yang Tua Harus Menyayangi, yang Muda Menghormati!

oleh: Shalih Hasyim SIAPA tidak kenal Salman al Farisi? Sosok sahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam yang fenomenal ini pernah mengajukan ide cemerlang kepada Nabi pada saat terjadi perang Khandak. Sulit dibayangkan, bagaimana nasib kaum Muslimin, seandainya Salman tidak mengemukakan gagasannya membendung serangan musuh yang terdiri dari kaum Quraisy, Musyrikin dan Yahudi. Bisa jadi, mereka akan kocar-kacir sebagaimana yang terjadi pada perang Uhud. Namun tengoklah, di penghujung ‘masa pensiunanya’. Suatu hari ia kembali ke kampung halamannya. Ketika masih beragama Majudi, Salman disegani di negerinya karena menjadi tangan kanan ayahnya menjaga nyala api keramat. Dalam kepercayaan Majusi, jika nyala itu berhenti sekejap saja, bakal mengundang kemurkaan dewa. Tak berapa lama tiba di kampungnya, Salman dikunjungi dua orang sahabatnya ketika dia masih menganut agama Majusi (penyembah api). Lantaran harumnya nama Salman, aromanya tercium hingga ke kampungnya. Lalu bertanya

Takabbur, Diktator, Ananiyah: Trio Perusak Jiwa

oleh: Shalih Hasyim IMAM Al Ghazali dalam karya monumentalnya “Ihya Ulumuddin” pernah menjelaskan; Pangkal pokok kerusakan pikiran adalah berselingkuh kepada Allah Subhanahu Wata’ala (syirik), sedangkan sumber kerusakan moral adalah sombong. Sifat yang pertama mengotori, dan merusak pola pikir (tashawwur), orientasi (ittijah), cara pandang (al wijhah), sifat yang kedua menghancurkan mata hati (bashirah). Penyakit sombong adalah warisan dari iblis, sesuai dengan makna etimologisnya, membangkang (ablasa). Awalnya iblis menempati surga diatas surga Adam (versi tafsir Ash Showi). Ketika Allah mengadakan suksesi di surga, terbukti Adam yang terpilih menjadi khalifah berkat kualitas yang dimiliknya.. Pilihan ini terlalu pahit untuk diterima iblis, apalagi dia diperintahkan oleh Allah untuk sujud (hormat) kepada Adam. Keputusan Allah sangat menyakitan hati Iblis. Ia naik banding. Menolak untuk bersujud, kepada Adam dan mulai membanggakan asal-usul. Sejak saat ia terusir dari surga, tetapi

Pemimpin Masa Depan: Beda Antara Leader dan Dealer!

MEMANG tidak sederhana menjadi seorang pemimpin yang legal secara formal dan legitimed (dicintai bawahannya). Sebelum seseorang diakui dan diamini menjadi pemimpin memerlukan seleksi yang ketat dan berproses secara alamiah (natural). Sedangkan rakyat, ketika lahir di dunia ini secara otomatis menjadi rakyat. Karena, kalangan menengah dan atas lah yang memiliki kemampuan untuk memilah-milah, memilih, memetakan, dan mengurai serta memutuskan persoalan (ahlul hall wal ‘aqd). Sedangkan kelompok kedua, kehadirannya tidak memerlukan kompetensi khusus. Kepemimpinan yang berkualitas (leader) adalah persoalan krusial (fundamental) di dalam membangun bangsa dan negara. Dalam struktur yang dikenal di masyarakat hanya terdiri dari dua level. Kalangan atas (al-Qiyadah) dan kalangan bawah, grass root (al-Jundiyah). Bapak sosiolog muslim, Ibnu Khaldun mengatakan: Taghyiru khuluqil ummati tabi’un litaghyiri khuluqil qiyadah (perubahan sebuah bangsa berbanding lurus dengan kesiapan berubah pada k

Ngaku Islam, Kok Amalannya Tidak Islami (1)

oleh: Shalih Hasyim DALAM berbagai ayat Allah subhaanahu wa ta’ aala selalu menjelaskan tentang makna Islam dan makna dari dien yang Dia tidak menerima dien selainnya. Dia menjelaskan bahwa dien yang hanya Dia ridlai hanyalah dien Al Islam, Dia juga menjelaskan bahwa dien itu adalah aturan hidup yang menyeluruh. Islam adalah nama yang memiliki hakikat dan isi, sekedar mengaku/menamakan diri sebagai Muslim kalau tidak sesuai dengan hakikat isinya maka itu tidaklah berarti apa-apa. Hari ini banyak kita saksikan orang mengaku Islam, ber KTP Islam, beridentitas Islam, menggunakan pakaian islami, berkerudung (berjilbab), tetap saja perilakunya tidak islami. Bahkan tetap juga korupsi. Allah subhaanahu wa ta'aala menjelaskan di dalam Al Qur'an tentang apa Islam dan apa resiko-resiko berislam. بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِندَ رَبِّهِ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ “Tidak demikian bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri ke